Selasa, 17 Februari 2009

Pemerintah telah menurunkan BBM agar masyarakat bisa terlepas dari dampak krisis. Benarkah begitu???

Cerita turunnya harga BBM berawal dari bangkrutnya ekonomi finansial di negara liberal – kapitalis Amerika Serikat dan kebobrokan perbankan di Eropa dan Amerika yang menyebabkan dunia terjerumus ke kondisi resesi. Pajak dari rakyat digunakan untuk menanggung kerugian (kebangkrutan) lembaga finansial yang selama ini mendukung eksploitasi ekonomi. Hal ini dibarengi dengan turunnya konsumsi dunia (pertumbuhan ekonomi turun) sehingga berdampak turunnya harga dunia. Harga minyak mentah dari USD 134,96 per barrel (Juli 2008) turun menjadi USD 73,90 per barrel (Oktober 2008), turun lagi menjadi USD 39,22 per barrel (26 Desember 2008) dan data terakhir USD 37.28 per barrel (15 Januari 2009).
Penurunan harga minyak dunia inilah yang mendasari pemerintah untuk menurunkan harga BBM dalam negeri (khususnya BBM bersubsidi yang notabene terakhir mengalami penurunan). Data terakhir yang terekam, efektif pada tanggal 1 Desember 2008 pemerintah mengambil kebijakan menurunkan harga premium bersubsidi dari Rp. 6.000 per liter menjadi Rp. 5.500 per liter. Pada tanggal 15 Desember 2008 pemerintah kembali menurunkan harga premium bersubsidi menjadi Rp. 5.000 per liter. Pada tanggal yang sama harga solar juga diturunkan dari Rp. 5.500 per liter menjadi Rp. 4.800 per liter. Dan terakhir pemerintah kembali mengambil kebijakan untuk menurunkan lagi harga BBM efektif mulai tanggal 15 Januari 2009 dengan ketentuan harga baru untuk premium bersubsidi Rp. 4.500 per liter, solar juga Rp. 4.500 per liter, sedangkan harga minyak tanah tetap Rp. 2.500 per liter.
Kebijakan yang diambil pemerintah ini tentunya memiliki dampak bagi masyarakat baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak Positif:
Penurunan harga BBM (terutama harga BBM bersubsidi) diharapkan akan membawa dampak berantai bagi upaya mengurangi beban dunia usaha dan masyarakat, diantaranya:
a) Menjadi alat untuk meng-counter siklus perekonomian yang melemah karena krisis ekonomi dunia.
b) Industri – industi kecil yang terpuruk karena resesi keuangan global dapat bertahan karena turunnya harga BBM sebagai komponen produksi.
c) Mengurangi tekanan inflasi karena mengurangi biaya dan bisa mendorong produksi (pada tahun 2008 inflasi diproyeksi sebesar 11,4%). Bila inflasi turun, ruang untuk penurunan suku bunga acuan terbuka lebar. Bila suku bunga acuan turun, suku bunga pinjaman perbankan juga akan mengecil. Dan ini akan sangat membantu bagi usaha – usaha mikro, kecil dan menengah.
d) Turunnya harga BBM bila diimbangi dengan adanya regulasi dari pemerintah untuk menyesuaikan harga komoditas akan bisa diikuti dengan turunnya harga kebutuhan pokok.
e) Dampak lain dari turunnya harga BBM ini adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang bermatapencaharian yang bergantung pada BBM.
f) Pada sektor riil, turunnya harga BBM berarti turunnya biaya belanja, sehingga daya beli masyarakat meningkat. Bila daya beli masyarakat meningkat maka permintaan barang dan jasa juga akan naik yang akan mengakibatkan kegiatan produksi membaik. Akibat dari membaiknya kegiatan produksi tersebut yaitu bertambahnya daya serap tenaga kerja. Dan akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun dampak secara riil ini tidak cepat.
Dampak Negatif:
Selain memberikan dampak positif, ternyata turunnya harga BBM ini bisa memberikan dampak negatif, antara lain :
a) Berkurangnya potensi anggaran negara yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis finansial. Hal ini dikarenakan pemerintah harus menambah subsidi premium sebesar Rp. 750 miliar pada Desember 2008 dengan proyeksi pemakaian premium bersubsidi sebanyak 1,5 juta kiloliter.
b) Berkurangnya penghematan BBM karena konsumsi masyarakat yang meningkat (masyarakat berbondong – bondong melakukan aksi beli BBM).
c) Masyarakat golongan atas akan jauh merasa diuntungkan.
d) Penurunan harga BBM bila tidak diikuti dengan penurunan harga komoditas hanya akan menguntungkan para pemilik komoditas dan merugikan konsumen.
Reaksi masyarakat atas turunnya harga BBM ini cukup beragam. Banyak yang bergembira atas hal tersebut, terutama mereka yang banyak mengkonsumsi BBM dalam kegiatannya sehari – hari. Tetapi penurunan harga BBM ini diikuti pula dengan aksi – aksi / kejadian yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memperoleh BBM. Diantaranya dikarenakan tidak beroperasinya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) dengan alasan kehabisan stok atau keterlambatan pengiriman BBM dari PT. Pertamina. Pada akhirnya hal tersebut menyebabkan aktivitas warga terganggu karena harus antre di SPBU.
Kesimpulannya, memang benar dari beberapa analisa di atas bahwa penurunan harga BBM ini bisa membantu masyarakat untuk lepas dari dampak krisis global. Namun hal tersebut akan terwujud bila dalam operasionalnya bisa dilakukan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar